Manajemen Pengawasan pt. freeport
I. PENDAHULUAN
PT
Freeport Indonesia (PT FI) – afiliasi dari Freeport-McMoran Copper &
Gold Company (FCX) – adalah perusahaan penambangan dan eksplorasi yang
menyadari tugas dan tanggung-jawabnya dalam pelestarian sumber daya alam
dan pembangunan yang berkelanjutan, khususnya di Provinsi Papua. PT
FI memulai kegiatan eksplorasi di Ertsberg pada Desember 1967.
Konstruksi skala besar dimulai bulan Mei 1970, dilanjutkan dengan ekspor
perdana konsentrat tembaga pada bulan Desember 1972. Dalam tahun 2005,
PTFI telah menghasilkan dan menjual konsentrat yang mengandung 1,7
miliar pon tembaga dan 3,4 juta ons emas.
PT FI
pun bekerjasama dengan instansi pemerintah, masyarakat setempat, maupun
lembaga swadaya masyarakat yang bertanggung jawab, untuk meningkatkan
kinerja lingkungannya. PT FI juga telah menganut prinsip-prinsip
Kerangka Kerja Pembangunan Berkelanjutan dari Dewan Internasional
tentang Pertambangan dan Logam Sustainable Development Framework of the International Council in Mining and Metals (ICMM). Untuk mencapai komitmen ini, PT FI akan:
· Mematuhi
semua hal yang terkait dengan peraturan dan perundang-undangan
lingkungan yang berlaku, komitmen-komitmen lingkungan yang secara
sukarela diikuti, dan ketentuan Kebijakan Lingkungan FCX.
· Mengupayakan pencegahan pencemaran lingkungan.
· Mengupayakan
perbaikan yang berkesinambungan dengan mengimplementasikan sistem
manajemen yang menetapkan tujuan dan sasaran berdasarkan data yang absah
dan berlandaskan ilmu pengetahuan yang tepatm dengan mengkaji ulang
sasaran yang ditetapkan dalam Rencana Pengelolaan Lingkungan (RKL) dan
Rencana Pemantauan Lingkungan (RPL) serta melalui audit internal maupun
audit eksternal berkala.
· Memastikan bahwa pertimbangan lingkungan menjadi bagian integral pada setiap tahap perencanaan, perekayasaan, dan pengoperasian.
· Bekerja sama dengan masyarakat di sekitar wilayah kerja dengan prinsip saling menghormati dan mengembangkan kemitraan aktif.
· Memfasilitasi
dan mendukung penggunaan kembali daur ulang dan pembuangan yang
bertanggung jawab dari produk yang digunakan dalam operasional.
· Berkontribusi dalam konservasi keanekaragaman hayati dan pendekatan terintegrasi dalam rencana penggunaan lahan.
· Memastikan
bahwa kebijakan ini didokumentasikan, disampaikan kepada seluruh
karyawan dan semua orang yang bekerja mewakili perusahaan, dan terbuka
untuk semua pihak.
II. PEMBAHASAN
A. Program Pengelolaan Tailing
Tailing
adalah sisa batu alam yang digiling halus hasil pengolahan bijih
mineral. PT FI menggunakan proses pengapungan (flotasi), yang merupakan
pemisahan secara fisik mineral yang mengandung tembaga dan emas dari
batuan bijih. Dalam proses tersebut tidak digunakan merkuri maupun
sianida. Sebuah daerah aliran sungai mengangkut sedimen tersebut menuju
sebuah areal pengendapan yang telah ditentukan di kawasan dataran rendah
dan pantai, yang dinamakan Modified Deposition Area (Daerah
Pengendapan Dimodifikasi), yaitu sebuah sistem yang direkayasa dan
dikelola bagi pengendapan dan pengendalian tailing. Sistem pengendapan
tailing tersebut dilakukan sesuai rencana pengelolaan tailing yang
komprehensif dari PT FI, sebagaimana telah disetujui oleh Pemerintah
Indonesia.
Sebagai
bagian dari AMDAL yang selesai pada tahun 1997 dan telah disetujui
pemerintah, disepakati bahwa tiga dari 12 opsi pengelolaan tailing, akan
dikaji lebih lanjut. Sebuah Komite Pengkajian Tailing terdiri dari
anggota Tim Dewan Peninjauan Penilaian Risiko Lingkungan, Dewan
Penasihat Lingkungan PT FI dan pimpinan PT FI, dibentuk untuk mengkaji
seluruh opsi tersebut. Setelah menyelesaikan 11 kajian rinci, termasuk
analisis data penginderaan jarak jauh, evaluasi terhadap berbagai opsi
pemipaan, kajian berbagai pertimbangan geoteknis, dampak banjir dan
hidrologi, serta serangkaian analisis risiko, maka Komite Pengkajian
Tailing menyimpulkan bahwa sistem pengelolaan yang diterapkan saat ini,
yaitu mengalirkan tailing menuju daerah pengendapan, merupakan yang
terbaik dari semua opsi yang ada. Audit-audit independen terhadap sistem
pengelolaan lingkungan PT FI menghasilkan kesimpulan yang sama.
PT FI
tetap melanjutkan kerjasama dengan berbagai pakar dari dalam dan luar
negeri guna memastikan bahwa praktik pengelolaan tailing yang
dilakukannya merupakan alternatif terbaik, dengan mempertimbangkan
kondisi geoteknis, topografi, iklim, seismik dan curah hujan yang
berlaku. Sistem pengendapan tailing tersebut melibatkan pembangunan
struktur penahan beban lateral, atau tanggul, untuk membentuk areal bagi
pengendapan tailing yang terkendali. Sistem tersebut senantiasa
menjalani berbagai peningkatan, termasuk inspeksi, pemantauan dan proyek
penahan tailing.
PT FI
telah melakukan penyelidikan dan mengimplementasikan berbagai teknik
penahan khusus yang dirancang untuk menghalau aliran dan mendorong
pengendapan dalam batas-batas daerah pengendapan tersebut. Rencana
penahan tailing tersebut memecah daerah pengendapan menjadi tiga bagian
berdasarkan elevasi, besaran butir sedimen, dan jenis aliran, serta
merinci teknik-teknik tertentu yang akan diterapkan pada setiap bagian.
Teknik-teknik penahan tailing antara lain termasuk: penggunaan penyaring
hayati (bio-filter) (dengan penanaman rumput phragmites dan bakau), permeable groin,
struktur pengalih aliran, dan berbagai aplikasi rekayasa lainnya.
Sebuah kelompok teknik – terdiri dari pakar internasional maupun wakil
dari Institut Teknologi Bandung dan PT FI – telah dibentuk untuk
mengembangkan dan menerapkan teknik-teknik penahan tailing yang paling
efektif.
PT FI
juga telah menyerahkan sebuah Kajian Risiko Lingkungan rinci terhadap
sistem pengelolaan tailing kepada Pemerintah Indonesia. Dalam kajian
tersebut ditemukan bahwa dampak lingkungan yang ditimbulkan oleh
perluasan kegiatan PT FI konsisten dengan yang telah diantisipasi dalam
dokumen AMDAL perusahaan yang selesai disusun tahun 1997 dan telah
disetujui oleh Pemerintah Indonesia.
Berbagai
kajian terhadap reklamasi tailing dan pembangunan lahan percontohan di
atas kawasan tailing menunjukkan bahwa penghijauan/penanaman kembali
lahan tailing dapat dengan mudah dilakukan dengan menggunakan tanaman
asli maupun tanaman pertanian. Bahkan, kolonisasi alami terjadi dengan
pesat. Apabila kegiatan pertambangan telah selesai, daerah pengendapan
tersebut dapat direklamasikan dengan tanaman alami ataupun digunakan
untuk tujuan pertanian, kehutanan atau budi daya air.
Pengambilan
sampel secara luas terhadap mutu air dalam sistem pengelolaan tailing
menunjukkan bahwa air pada sungai yang mengangkut tailing dari pabrik
pengolahan PT FI di daerah dataran tinggi menuju daerah pengendapan di
dataran rendah telah memenuhi baku mutu air bersih untuk logam terlarut
sesuai peraturan Pemerintah Indonesia maupun USEPA (Lembaga Perlindungan
Lingkungan AS). Data dari pengambilan sampel hayati tetap menunjukkan
bahwa muara estuaria pada bagian hilir daerah pengendapan tailing adalah
ekosistem yang masih berfungsi, berdasarkan jumlah spesies maupun
jumlah spesimen organisme nektonik yang terkumpul, seperti ikan dan
udang.
Kanal Alur Sungai Ajkwa
Mulai
tahun 1998 dibangun sebuah tanggul baru di bagian timur tanggul barat
yang sudah ada, yang menjadi perbatasan barat dari daerah pengendapan
tailing di dataran rendah. Pembangunan tanggul baru tersebut membentuk
sebuah saluran baru yang terletak di antara tanggul baru dan tanggul
lama. Untuk memenuhi komitmen kepada Pemerintah Indonesia sesuai AMDAL
tahun 1997, pada tahun 2005 PT FI menyelesaikan pekerjaan pengalihan
Sungai Ajkwa ke saluran baru tersebut, yang lebih menyerupai aliran asli
Sungai Ajkwa. Pengalihan aliran Ajkwa tersebut berjalan sesuai harapan
dengan stabilisasi saluran yang cepat dan perkembangan pola berliku.
Ada beberapa keuntungan bagi lingkungan dengan mengalihkan sungai Ajkwa agar lebih mendekati aliran aslinya. Sungai
Otomona membawa endapan tailing menuju daerah pengendapan. Di daerah
aliran Sungai Ajkwa, yang bertemu dengan aliran Otomona di sisi utara
daerah pengendapan, tidak terdapat kegiatan tambang. Sebelumnya aliran sungai ikut mengalirkan tailing melalui bagian daratan dari daerah pengendapan. Pengalihan
Sungai Ajkwa menuju saluran di antara kedua tanggul tersebut mencegah
terjadinya kontak dengan daerah pengendapan tailing sehingga dapat
menambah aliran air tawar sepanjang perbatasan timur Timika yang sangat
padat dengan penduduk. Hal tersebut juga mengurangi jumlah tailing yang
mengalir keluar melalui daerah pengendapan menuju muara estuaria dan
Laut Arafura, hingga 25%.
Pengalihan
aliran Sungai Ajkwa ke saluran baru memungkinkan diselenggarakannya
proyek-proyek percontohan reklamasi di daerah di antara kedua tanggul
barat tersebut. Daerah tersebut pun sudah menjadi lokasi proyek
penghijauan dan pertanian yang cukup berhasil, yang dimulai ketika
tanggul sedang dalam tahap pembangunan.
B. Pengelolaan Overburden dan Air Asam Tambang
Overburden
adalah batuan yang harus dikupas agar bijih yang ditambang dapat
dijangkau dan diolah untuk diambil logamnya untuk keperluan komersial.
PT FI menangani overburden melalui sebuah Rencana Pengelolaan Overburden
komprehensif yang telah disetujui oleh Pemerintah Indonesia. Banyak
logam terdapat di alam dalam bentuk mineral sulfida. Pada saat bijih
ditambang dan overburden yang mengandung sulfida terpapar, maka
reaksi air, oksigen dan bakteri alami berpotensi membentuk asam
belerang. Air bersifat asam tersebut dapat melarutkan logam yang
terkandung di dalam batuan overburden dan terbawa dalam sistem
pembuangan air, dan apabila tidak dikelola dengan baik dapat menimbulkan
dampak negatif terhadap lingkungan. Proses tersebut dikenal dengan nama air asam tambang.
PT FI melakukan pengelolaan dan pemantauan terhadap air asam tambang yang dihasilkan oleh kegiatannya. Berbagai
audit independen yang dilakukan terhadap sistem pengelolaan lingkungan
hidup PT FI mencapai kesimpulan bahwa program pengelolaan overburden PT FI “terpadu dengan baik” dan “konsisten dengan praktik-praktik internasional”. Sesuai rencana pengelolaan overburden yang telah disetujui oleh pemerintah, PT FI menempatkan overburden
pada daerah-daerah terkelola di sekitar tambang terbuka Grasberg.
Rencana PT FI untuk mengurangi dampak air asam tambang dilakukan dengan
menampung dan mengolah air asam tambang yang ada, bersamaan upaya proses
pencampuran dengan batu gamping dan penutupan daerah penempatan overburden dengan batu gamping guna mengelola pembentukan air asam tambang di masa datang.
C. Pengelolaan dan Daur Ulang Limbah
Program-program
pengelolaan lingkungan PT FI mencakup seluruh aspek kegiatannya, bukan
saja yang berhubungan dengan pertambangan. PT FI memiliki sistem
pengelolaan limbah yang komprehensif yang menerapkan prinsip-prinsip
pemanfaatan ulang, pendauran ulang, dan pengurangan. Program-program
minimalisasi limbah yang dilaksanakan mencakup pengurangan dan penukaran
dengan produk-produk yang ramah lingkungan. Wadah bekas, minyak bekas,
kertas bekas, dan ban bekas semuanya dipakai ulang secara lokal dengan
cara yang ramah lingkungan. Bahan lain yang dapat didaur ulang seperti
aluminium, besi tua, dan baterai bekas dikumpulkan dan disimpan di
tempat penyimpanan sementara untuk selanjutnya didaur ulang atau dibuang
sesuai ketentuan Pemerintah Indonesia.
Limbah
padat lainnya yang dihasilkan PT FI ditempatkan pada tiga lokasi yang
diperuntukkan secara khusus, termasuk TPA untuk limbah tak bergerak, dan
TPA untuk limbah biodegradable, yang diberi lapisan dalam dan
dilengkapi sistem pengumpulan dan pengolahan lindi. PT FI telah
mengimplementasikan ketentuan pemerintah yang terbaru tentang limbah
cair domestik yang berdampak pada ke sepuluh instalasi pengolahan limbah
milik PT FI. Mutu limbah cair dari seluruh instalasi pengolahan limbah
cair dipantau secara berkala untuk parameter pH (kadar alkali), BOD (biological oxygen demand), TSS (total suspended solids/total padatan tersuspensi) serta minyak dan lemak sesuai baku mutu.
Limbah,
termasuk limbah berbahaya (B3) dalam jumlah kecil, dipilah-pilah pada
titik pengumpulan asal. Pengumpulan, pengemasan, dan penyimpanan limbah
B3 yang dihasilkan dari pekerjaan uji coba terhadap sampel bijih,
laboratorium analitis, dan proses-proses lainnya dikelola dengan menaati
ketentuan Pemerintah Indonesia. Limbah B3 dipilah dan disimpan di
gudang-gudang khusus hingga pada saatnya dikirim ke instalasi pembuangan
limbah berbahaya lainnya di Indonesia yang telah disetujui. Limbah
medis dipilah dari limbah lainnya dan ditempatkan di dalam wadah khusus
untuk pemusnahan akhir pada instalasi insinerator limbah medis bersuhu
tinggi yang sudah ada izinnya dan berada di lokasi.
D. Penutupan Tambang
PT
Freeport Indonesia mempunyai rencana penutupan tambang yang merupakan
analisa dan strategi terbaru untuk pengelolaan penutupan. Adapun
strategi penutupan yang dianut PT Freeport Indonesia secara keseluruhan
adalah mengidentifikasi, memantau dan mengurangi dampak, baik terhadap
lingkungan maupun sosial, melalui program-program pengelolaan yang
tengah berjalan selama tahapan operasional. Hal ini guna menjamin agar
proses decommissioning (penutupan kegiatan dan sarana),
reklamasi dan kegiatan pemantauan lingkungan yang diperlukan pada saat
penutupan dan bahwa selama tahapan pasca penutupan, seluruh kegiatan
dapat dikelola dengan efektif; dampak penutupan tambang terhadap ekonomi
dan masyarakat setempat dapat dikelola dengan baik, dan serah-terima
setiap aset yang tersisa, berikut pengalihan tanggung jawab atas kawasan
tambang tersebut kepada pemerintah Indonesia dapat berjalan lancar dan
efisien.
Oleh
karena usia panjang tambang yang didasarkan atas cadangan terbukti dan
cadangan potensial – yaitu seluruhnya 70 tahun dengan kemungkinan
perpanjangan selama 35 tahun kedepan – maka lingkup rencana pengelolaan
penutupan tambang sifatnya masih luas dan terbuka. Rencana tersebut
sejalan dengan peraturan perundang-undangan Indonesia yang berlaku,
komitmen yang berlaku saat ini (Kontrak Kerja, AMDAL, dan rencana kerja
operasional), azas-azas dan praktek penutupan tambang internasional,
serta alokasi pembiayaan penutupan tambang.
E. Reklamasi dan Penghijauan Kembali
E.1 Daerah Dataran Tinggi
Ekosistem
pada daerah dataran tinggi dibentuk oleh kondisi lingkungan yang
ekstrem, antara lain suhu malam hari yang sangat rendah, intensitas
sinar matahari yang tinggi pada siang hari namun disertai masa
fotosintesa yang pendek, kabut tebal, curah hujan tinggi, serta kondisi
tanah yang buruk. Tanaman yang tumbuh pada daerah tersebut sifatnya sangat khusus karena harus bertahan untuk hidup pada kondisi sulit tersebut. Para
ilmuwan internasional dan staf PT FI telah mengkaji ekologi dari
ekosistem alpin di wilayah kerja PT FI, serta mengembangkan cara-cara
handal untuk menghasilkan bibit jenis tanaman asli. Kajian-kajian yang
pernah dilakukan hingga saat ini mencakup etnobotani, keanekaragaman
hayati pada ekosistem sub-alpin dan alpin, pemanfaatan jenis-jenis asli
tanaman lumut dan bakteri untuk strategi reklamasi perintis dan budi
daya jaringan untuk pengembangbiakan jenis tanaman alpin asli. Walaupun daerah penimbunan overburden
di sekitar tambang masih akan aktif hingga 10 tahun ke depan, PT FI
memiliki komitmen untuk melakukan reklamasi atas lahan-lahan overburden
yang tersedia setiap tahunnya saat tak lagi dimanfaatkan, dengan
memantau kinerja berbagai teknik penanaman dan melakukan modifikasi
program untuk meningkatkan hasil akhir. Hingga akhir 2005, lebih dari 10
hektar tanah terganggu pada tambang di daerah dataran tinggi yang
berhasil dihijaukan kembali dalam rangka memenuhi komitmen PT FI kepada
Pemerintah Indonesia. Sebagian besar lahan terganggu di daerah dataran
tinggi masih dimanfaatkan secara aktif dan karenanya belum tersedia
untuk keperluan penghijauan kembali.
Kajian-kajian
intensif yang telah dilakukan berhasil mengidentifikasi jenis-jenis
tanaman dataran tinggi yang dapat tumbuh subur di atas lahan reklamasi,
dan penelitian saat ini dilakukan dirancang untuk menemukan cara
meningkatkan daya tahan spesies-spesies tersebut pada kondisi yang
sulit. Titik berat penelitian yang dilakukan selama tahun 2005 adalah
peran iklim setempat dalam pembentukan lumut serta suksesi alami yang
cepat pada daerah penempatan akhir overburden. Adapun manfaat
dari transplantasi diamati dari keberhasilan menumbuhkan tanaman alami
yang dihasilkan dan/atau diperkenalkan lewat transplantasi pada daerah
uji coba. Spesies-spesies asli Deschampsia klossii, Anaphalis helwigii
dan berbagai herba asli terbukti dapat diprediksi dan memilih daya
tahan sangat tinggi terhadap kondisi di Grasberg, serta mampu berkembang
biak secara mandiri dan tumbuh dengan pesat di daerah tersebut.
E.2 Daerah Dataran Rendah
Di
daerah dataran rendah, penelitian reklamasi telah berulangkali
membuktikan keberhasilan spesies tanaman asli untuk melakukan kolonisasi
secara pesat dan alami di atas tanah yang mengandung tailing. Tanah
yang mengandung tailing sangat cocok untuk ditanami sejumlah tanaman
pertanian apabila tanah tersebut diperbaiki dengan menambahkan karbon
organik. Tujuan dari program reklamasi dan penghijauan
kembali PT FI di daerah dataran rendah adalah untuk mengubah endapan
tailing pada daerah pengendapan menjadi lahan pertanian atau
dimanfaatkan sebagai lahan produktif lainnya, atau menumbuhkannya
kembali dengan tanaman asli setelah kegiatan tambang berakhir. Hingga
akhir tahun 2005, 138 spesies tumbuhan berhasil ditanam di atas tanah
yang mengandung tailing. Beberapa spesies tanaman yang berhasil di uji
coba hingga saat ini termasuk tanaman kacang-kacangan penutup tanah
untuk dijadikan pakan ternak; pohon-pohon lokal seperti casuarina dan
matoa; tanaman pertanian seperti nanas, melon, dan pisang; serta sayur
mayur dan bijih-bijihan seperti cabai, ketimun, tomat, padi, buncis dan
labu. Sejumlah besar spesies tanaman pangan dan buah-buahan tersebut
berhasil dipanen pada tahun 2005.
Rencana
reklamasi PT FI disusun berdasarkan rencana kerja 5 tahun RKL-RPL PT
Freeport Indonesia yang diajukan kepada Pemerintah Indonesia. Hingga
akhir tahun 2005, sekitar 40 hektar lahan pengendapan tailing telah
direklamasi. Hampir 900 pohon kelapa dari empat varietas Cocos nucifera yang berbeda ditanam di atas lahan tailing seluas 5
hektar. Upaya ini diikuti dengan penanaman tanaman kacang-kacangan
penutup tanah di atas lahan seluas kurang lebih 15 hektar yang berada di
dalam daerah yang ditanami dengan Casuarina sp, Pometia pinnata dan pohon kelapa. Untuk mencegah terjadinya erosi, rumput Vetiver zizanoides
ditanam pada tepi Sungai Ajkwa di atas lahan seluas kurang lebih 18
hektar. Pemantauan terhadap pertumbuhan pohon-pohon tersebut menunjukkan
kemajuan yang sangat baik.
Sebagian
tailing berhasil lolos melalui Daerah Pengendapan Dimodifikasi.
Sejumlah daratan baru yang terbentuk dari sedimen tersebut mengalami
kolonisasi alami dengan adanya tanaman bakau. Dalam waktu beberapa tahun
lalu, enam spesies tanaman bakau, 30 spesies kepiting dan udang, empat
spesies siput dan beberapa spesies ikan serta Polychaetes
(cacing) laut teridentifikasi dalam lahan kolonisasi bakau tersebut.
Guna mempercepat proses suksesi primer pada lahan daratan yang baru
terbentuk, PT FI telah memprakarsai sebuah program kolonisasi untuk
mempercepat tanaman bakau. Selama tahun 2005 saja, hampir 70.000 pohon
bakau telah ditanam. Pemantauan terhadap tingkat ketahanan dari bibit
bakau tersebut menunjukkan bahwa tingkat pertumbuhan dan ketahanan bibit
tersebut menyerupai tingkatan yang dilaporkan pada program percepatan
kolonisasi lainnya di seluruh dunia sebagaimana diuraikan dalam berbagai
pustaka ilmiah. Penelitian dilanjutkan untuk memperbaiki tingkat bibit
yang bertahan hidup. Lahan rawa bakau merupakan bagian dari ekosistem
asli, serta menjadi daerah pelindung warga pedalaman.
Spesies rumput perintis, termasuk Phragmites karka (warna hijau muda) yang dominan, tumbuh secara alami di atas endapan tailing.
Pohon kasuarina yang ditanam di atas endapan tailing tumbuh pesat dan mengikat nitrogen di dalam tanah.
Tanaman kacang-kacangan, yang juga merupakan pengikat nitrogen, ikut ditanam untuk menambah unsur hara. Pada salah satu proyek percontohan, dua jenis tanaman kacang-kacangan penutup tanah (Colopogonium muconoides dan Centrosema pubescens)
telah ditanam sebagai biomassa guna mempercepat pembentukan tanah di
atas daerah tailing. Tanaman kacang-kacangan juga berfungsi mengikat
nitrogen yang menambah unsur hara ke dalam tanah yang mengandung
tailing. Di samping produksi tanaman komersial, strategi lain dari
reklamasi tailing adalah mendorong terjadinya suksesi ekologi secara
alami – pertumbuhan ulang tanaman asli secara alami – di atas
lahan-lahan peruntukkan. Suksesi alami terjadi dengan cepat pada banyak
bagian daerah pengendapan, didahului oleh rumput Phragmites karka. Rumput Phragmites
menghasilkan limbah biomassa yang memperkaya tanah yang mengandung
tailing. Proses tersebut juga meningkatkan kemampuan tanah untuk menahan
air sehingga spesies lain dapat berkembang biak.
Sebuah
program peternakan telah dikembangkan pada daerah dataran rendah untuk
membuktikan bahwa ternak dapat dipelihara dan memakan rumput di atas
lahan endapan tailing. Di wilayah ini, pada tahun 2005, empat spesies
rumput berbeda – Arachis pintoii, Brachiaria humidicola, Paspalum notatum dan Stylosanthes sirens
– juga ditanam di atas lahan seluas 1,5 hektar. Proyek ini
diselenggarakan melalui kerjasama dengan pemerintah daerah setempat guna
memantau kesehatan ternak. Hingga Desember 2005, sudah dipelihara 100
hewan ternak di daerah ini.
F. Pemantauan Lingkungan
Program
jangka panjang pemantauan lingkungan hidup PT FI mengevaluasi potensi
dampak yang ditimbulkan oleh kegiatan pertambangan, dengan secara rutin
mengukur mutu air, biologi, hidrologi, sedimen, mutu udara dan
meteorologi di dalam wilayah kegiatan. Pada tahun 2005, program
pemantauan secara keseluruhan tersebut mencakup pengumpulan hampir 7.500
sampel lingkungan hidup dan pelaksanaan lebih 52.000 analisa secara
terpisah terhadap sampel-sampel tersebut, termasuk biologi akuatik,
jaringan akuatik, jaringan tumbuhan, air tambang, air permukaan, air
tanah, air limbah sanitasi, sedimen sungai, dan tailing.
PT FI
tidak menggunakan merkuri ataupun sianida dalam setiap proses yang
dilakukannya, melainkan menggunakan suatu proses flotasi yang memisahkan
secara fisik mineral yang mengandung tembaga dan emas dari bijih.
Pemantauan komprehensif yang dilakukan selama bertahun-tahun tetap
menunjukkan tidak ditemukannya tingkatan merkuri, arsenik ataupun
sianida yang berarti di dalam air, sedimen, ikan atau tumbuh-tumbuhan
pada wilayah kegiatan PT FI.
Antara
1999 dan 2005 terkumpul hampir 6.000 hewan air akuatik dan dilakukan
lebih 33.000 analisa terhadap sampel tersebut. Pemantauan terhadap
benthos, atau organisme penghuni dasar perairan, berlanjut pada tahun
2005 di 16 lokasi di estuaria dan 40 lokasi di Laut Arafura. Dari hasil
studi yang dilakukan berdasarkan AMDAL 300K yang telah disetujui,
teridentifikasi bahwa organisme-organisme ini berisiko terhadap
keberadaan sedimen. Hasil temuan pemantauan menunjukkan bahwa lokasi
tailing pada umumnya dipadati oleh polychaetes, atau cacing laut, yang
sangat kecil, yang merupakan spesies perintis pada daerah terganggu.
Saat ini, terjadi peningkatan keanekaragaman benthos di estuaria
Minajerwi, yakni daerah yang menjadi tempat penerimaan tailing sebelum
dilakukan perancangan dan pembangunan Daerah Pengendapan Tailing, dan
diidentifikasikan bahwa tidak akan ada dampak jangka panjang setelah
kegiatan tambang selesai. Pemantauan juga menunjukkan tidak adanya
dampak tailing terhadap benthos laut di Laut Arafura di luar daerah
pengelolaan tailing.
Pada
tahun 2005, PT FI melakukan pemantauan terhadap mutu air pada lebih 300
lokasi di seluruh wilayah proyek; mengambil lebih 7.000 sampel air serta
melakukan lebih 50.000 analisa terhadap mutu air. PT FI memantau lebih
dari 100 lokasi pengambilan sampel untuk nekton, benthos, plankton, dan
invertebrata tanaman bakau dalam rangka program biologi akuatik. Data
yang dihasilkan dari pengambilan sampel tersebut tetap menunjukkan bahwa
estuaria di bagian hilir daerah pengendapan tailing merupakan ekosistem
yang berfungsi, berdasarkan jumlah spesies maupun jumlah spesimen
nektonik, atau organisme perenang bebas, yang terkumpul, seperti ikan,
udang, dan hewan air pada tanaman bakau.
G. Audit Lingkungan
Dalam
Kebijakan Lingkungan yang dianut PT FI dimana memiliki komitmen agar
perusahaan melakukan audit internal maupun eksternal terhadap lingkungan
secara berkala guna mengevaluasi kepatuhan, sistem pengelolaan dan
praktik-praktik kegiatan terhadap lingkungan. Audit lingkungan yang
dilakukan PT Freeport Indonesia (PTFI) menghasilkan informasi bagi para
manajer tentang kinerja lingkungan saat ini serta membantu
mengidentifikasi peluang-peluang perbaikan. PT FI menanggapi hasil
audit-audit tersebut dengan rencana kerja untuk mengimplementasikan
usulan yang diajukan oleh para auditor. Pada tahun 2005 telah dilakukan
tiga audit terhadap lingkungan, antara lain :
· Perwakilan dari Crescent Technology Inc. yang mewakili Dewan Direksi dan pimpinan senior Freeport-McMoran Copper & Gold Inc. melakukan audit terhadap kegiatan PT FI sebagai bagian dari program tahunan audit internal perusahaan.
· International Certification Services Division dari Societe Generale de Surveillance
(SGS), sebuah organisasi registrasi dan sertifikasi ISO 14001 dari
Jenewa, Swiss yang mempunyai kantor di Indonesia, telah melakukan audit
pengawasan terhadap sistem pengelolaan lingkungan PT FI. Audit tersebut
merupakan salah satu persyaratan dalam mempertahankan sertifikasi ISO
14001. ISO (International Standardization Organization) 14001
memberi pendekatan sistematis kepada perusahaan-perusahaan untuk
melakukan pengelolaan lingkungan yang efektif dan peningkatan yang
berkesinambungan.
· Sesuai
protokol ISO 14001, peninjauan ulang wajib dilakukan secara berkala
oleh lembaga sertifikasi tersebut guna menentukan status kepatuhan serta
mengkaji kelayakan untuk mempertahankan sertifikasi tersebut. PT FI
telah menjalani tinjauan ulang setiap tahun dari tahun 2002 hingga 2005
melalui audit pengawasan dan/atau sertifikasi ulang yang dilakukan oleh
lembaga sertifikasi SGS.
· Sebuah
audit independen eksternal tiga tahunan terhadap lingkungan telah
dilakukan oleh Montgomery Watson Harza dalam rangka memenuhi salah satu
komitmen PT FI yang tertuang dalam dokumen Analisa Mengenai Dampak
Lingkungan (AMDAL) yang telah disetujui Pemerintah Indonesia pada tahun
1997. Audit tersebut menyimpulkan bahwa kegiatan pertambangan PTFI
“termasuk kegiatan terbesar di dunia dengan tingkat tantangan dan
kerumitan lingkungan yang terbesar pula” dan bahwa “praktik-praktik
pengelolaan lingkungan yang dilakukan oleh perusahaan tersebut masih
tetap didasarkan atas (dan dalam beberapa hal mewakili) praktik-praktik
pengelolaan terbaik untuk industri internasional penambangan tembaga dan
emas.”
Audit
tersebut pun menyimpulkan, sebagaimana berbagai audit independen
sebelumnya, bahwa program pengelolaan tailing PTFI “masih merupakan
pilihan pengelolaan tailing yang paling sesuai dengan kondisi topografi
dan iklim di lokasi tersebut yang unik, dengan dampak dan risiko
terhadap lingkungan yang jauh lebih rendah” dibanding alternatif lain.
Para auditor dari Montgomery Watson Harza pun mengajukan beberapa
rekomendasi perbaikan pada pengelolaan lingkungan PT FI, dan rekomendasi
tersebut tengah diimplementasikan saat ini.
Auditor
Montgomery Watson Harza membahas pengelolaan tailing dengan anggota tim
lingkungan hidup PT Freeport Indonesia di daerah pengendapan. Sistem
pengelolaan lingkungan PT FI juga mencakup program inspeksi lingkungan
yang dilakukan secara internal sepanjang tahun. Inspeksi-inspeksi
tersebut dilakukan pada hampir 400 sarana, termasuk milik perusahaan
kontraktor dan privatisasi, mulai dari tambang Grasberg hingga
pelabuhan. Tujuannya adalah untuk menilai kepatuhan seluruh sarana
terhadap sistem pengelolaan lingkungan. Hasil inspeksi tersebut menjadi
ukuran bagi kinerja lingkungan serta menjadi dasar untuk menentukan
perbaikan secara terus menerus.
H. Keanekaragaman Hayati dan Taman Nasional Lorentz
Wilayah
proyek PT FI berada di Propinsi Papua, bersebelahan dengan wilayah
Taman Nasional Lorentz yang memiliki luas 2,5 juta hektar dan dinamakan
Situs Warisan Dunia UNESCO pada tahun 1999. Keseluruhan wilayah Papua
bagian selatan memiliki tingkat endemik yang tinggi serta merupakan
salah satu yang memiliki tingkat keanekaragaman hayati tertinggi di Asia
Tenggara. Serupa dengan wilayah proyek PT FI, kawasan tersebut
merupakan wilayah utuh yang menghubungkan pegunungan dan lingkungan
biologi tropis, termasuk lahan basah di dekat dan sepanjang daerah
pesisir. PT FI tidak melakukan kegiatan di Taman Nasional Lorentz.
Penelitian
keanekaragaman hayati dilakukan bersamaan oleh para pakar dari
Indonesia dan internasional, termasuk survei terhadap tumbuh-tumbuhan
(dari dataran rendah, Montane, Sub-alpin, Alpin and Nival Zone),
etno-botani, tanaman obat, mamalia, burung, amfibi, reptilia, ikan,
hewan tanah dan serangga air maupun darat. Kebanyakan studi tersebut
dapat secara langsung diterapkan dan tersedia bagi para peneliti yang
ditugaskan untuk melakukan pengembangan rencana pengelolaan Taman
Nasional Lorentz.
Selain
itu, PT FI mendukung sejumlah besar penelitian ilmiah tentang
keanekaragaman hayati melalui kerja sama dengan lembaga-lembaga swadaya
masyarakat internasional serta Pemerintah Indonesia di seluruh Provinsi
Papua. Salah satu kegiatan yang didukung oleh PTFI pada tahun 2005
adalah ekspedisi konservasi internasional ke daerah Pegunungan Foja di
Papua yang menghasilkan penemuan banyak spesies baru tanaman, burung,
katak, serangga dan mamalia.
Survei-survei
botani dan taksonomi secara ekstensif juga telah dilakukan dalam
wilayah proyek PT FI (dari pantai hingga Nival Zone) selama kurun waktu
enam tahun oleh staf Royal Botanical Gardens dari Kew, Inggris, dengan
bantuan berbagai lembaga di Indonesia. Lebih dari 5.000 spesies bunga
dan buah-buahan telah diidentifikasi dan disiapkan untuk ditempatkan di
herbarium. Berbagai poster telah dibuat dan sejumlah besar karya ilmiah
yang diterbitkan di dalam jurnal profesi telah dihasilkan dari
penelitian tersebut. Dari sudut pandang ilmiah, program keanekaragaman
hayati PTFI telah memberi kontribusi yang signifikan terhadap ilmu
pengetahuan alam di Papua melalui penemuan spesies baru, kumpulan
pustaka acuan serta penerbitan berbagai makalah, buku dan poster. PTFI
telah menerbitkan berbagai buku keanekaragaman hayati termasuk: “The Freshwater Fish of the Timika Region, New Guinea” dan “The Butterflies of Mimika.“
Komentar
Posting Komentar